Suatu kali seorang ayah dari keluarga yang sangat kaya mengajak puteranya berjalan-jalan ke luar kota. Dia ingin menunjukkan padanya betapa mungkinnya kemiskinan menimpa sekelompok orang. Mereka tinggal beberapa hari dalam sebuah peternakan milik keluarga yang sangat miskin. Saat mereka pulang kembali ke rumah, sang ayah bertanya kepada puteranya :
"Bagaimana perjalanan kita barusan?"
"Menyenangkan, Ayah."
"Dapatkah kamu melihat betapa orang bisa menjadi miskin?"
"oh, ya."
"Jadi, apa yang kamu peroleh dari perjalanan itu?"
Sang anak menjawab : "Aku menyadari bahwa kita memiliki seekor anjing, dan mereka mempunyai empat ekor. Kita memiliki sebuah kolam yang panjangnya sampai ke tengah lapangan, dan mereka mempunyai sebuah sungai kecil tanpa ujung. Pada malam hari kita memasang lampu buatan, dan mereka mengandalkan bintang-bintang. Kita membeli makanan kita, tapi mereka menanamnya sendiri. Kita dilindungi oleh tembok sekeliling kita untuk melindungi kita, tapi mereka memiliki teman-teman untuk menjaga mereka."
Kemudian dia menambahkan : "Terima kasih Ayah, karena ayah telah menunjukkan padaku betapa miskinnya kita!"
Betapa sering kita lupa apa yang kita miliki dan memusatkan pikiran pada apa yang tidak kita miliki. Sesuatu yang tak berharga bagi seseorang bisa jadi merupakan idaman orang lain. Segalanya bergantung pada cara pandang kita. Dapatkah kau bayangkan apa yang akan terjadi bila kita memilih untuk mengucap syukur pada Allah akan segala kelimpahan yang telah Dia sediakan daripada kuatir dan mengharap lebih banyak lagi?